Adalah kisah seorang wanita tua, yang hidup bersama anak perempuan angkatnya yang juga sudah berkeluarga. Sebutlah namanya Mbah Halimah, tahun 2013 ini usianya sudah 98 tahun, sedangkan keempat anak-anak lelakinya juga sudah memasuki usia sepuh, antara 50 hingga 70 tahun, hanya saja mereka semua hidup bersama pasangan masing-masing. Mbah Halimah sendiri, kedua kakinya sudah lemah, ia hanya duduk hingga siang, lalu masuk. Sorenya ia akan duduk di teras lagi menatapi jalanan. Dengan bertopang tongkat sesekali ia menegakkan punggungnya, jika sudah lelah bersandar. Kedua mata dan telinga Mbah Halimah juga sudah rabun dan tak peka. Setiap harinya Mbah akan bertanya pada anak perempuan angkatnya, "Sekarang hari apa, tanggal, bulan dan tahun berapa, Yu?" dan dengan sabar lagi telaten akan dijawab oleh Mbak Ayu anak angkatnya tersebut semua pertanyaannya. Mbah Halimah kemudian dengan suaranya yang juga sudah tak jelas, menanyai lagi satu persatu orang yang ia kenal di kampungnya, apakah orang-orang itu masih hidup atau sudah mendahuluinya pergi menghadap Illahi. Seperti biasa, Mbah lalu diam seharian, duduk di teras rumahnya yang luas, sambil bibirnya bergetar-getar, seperti sedang berzikir. "Mbah Halimah sedang apa?" tanya tetangga yang lewat, menyapanya dengan suara yang dikeraskan karena mereka tahu Halimah sudah budeg. "Nunggoke mati ..." jawabnya, dengan suara lirih, mata berair dan bibir bergetar-getar. Jawaban Halimah itu kerap membuat yang bertanya langsung iba. "Kasihan ya Mbah Halimah, sampai nunggu mati gitu, nyawanya seperti ada yang menahan agar tak menemui ajal," bisik tetangganya. "Hussh!" seru yang lain. Mereka biasanya langsung pergi meninggalkan Mbah Halimah, duduk sendiri hingga menjelang magrib.
Fitur saat ini belum tersedia